Kita
saling bertemu, satu hari dua hari tiga hari dan hari - hari yang terakumulasi
menjadi bilangan belasan tahun. Baru kemarin rasannya genggaman itu melekat
pada pergelangan tanganku. Kau ingat, sampai sekarang aku masih kesulitan untuk
menyeberang jalan. Dan genggaman itu dulu yang membuatku percaya.
Kita
tak pernah bersepakat untuk saling pergi. Ah, seandainya setiap detik ketika
aku masih bisa puas menatap wajahmu untuk menghargaimu. Ah, seandanya tiap detik
saat bahumu mengilang bersama pagi, sebelumnya aku bisa memelukmu. Kita tak
pernah bersepakat untuk saling menunggu.
Hidupku
untukmu tak kan pernah jauh dari kawanan rindu. Engkau terasa begitu jauh.
Bukan tentang rasa, tapi jauh ini tentang jarak. Mengapa kita berjauhan?
Ibu, bisakah jarak antaramu dan aku
diperdekat kembali? Rasanya, pagi terindah adalah saat dulu kau kepang indah
rambut panjangku, diikat dengan pita perah – putih. Lalu, kita berjalan beriringan
bersama menuju sekolah. Kita bergandengan.
Kosan, Pagi Jogja, 6 Sept 2013
Kangen ibu, kangen rumah..
Sumber gambar : surrender2god.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar