CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 06 Oktober 2013

Refleksi | Laa Tusrifuu dalam Menyikapi Kepopuleran


Entah dari sudut pandang apa saja manusia itu bisa mudah dilablelkan populer. Melihat  yang kinclong sedikit, langsung heboh. Melihat yang berbicara berapi - api di depan forum, langsung nge-fans. Melihat ketua - ketua lembaga, ketua kegiatan dll dengan wibawa berbicara cas cis cus, langsung "histeris".

Bukan maksud untuk menampikkan kewibawaan, kharisma, kebajikan dan berbagai tingkah baik yang melekat pada orang - orang tersebut. Terlebih para ABG muda belia yang mudah sekali terhipnotis, tekesima  dengan penampilan artis (yang katanya pujaannya). Kasus yang sama, sama - sama berlebihan. Namun, menjaga respon dengan suatu kewajaran  untuk menanggapi "ketakjuban" itu sepertinya akan menjadi lebih baik.

Seperti dalam Q.S Al-A'raf : 31, dimana Allah menyatakan ketidak-sukaan-nya pada orang yang berlebih - lebihan :

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raaf:31)

Di kampus banyak terjadi fenomena seperti ini, tidak menutup kemungkinan juga ada di lingkungan lainnya. Pintar sekali rupanya setan membisik dengan halus, kehalusan setan yang merobohkan benteng pertahanan hati dan iman yang tersimpan di dalamnya. Dicari-nya agenda - agenda kegiatan orang "populer" itu, sampai kefahamannya melampaui orang tua dari "orang populer" tersebut. Dicarinya segala macam kesukan "orang pupuler" tersebut dan berbagai macam tidak kepo lainnya.

Kita dengan mudah diperdaya agar mau menghadiri majlis ilmu apabila pembicaranya adalah ustadz yang tersohor. Kita dengan mudah diperdaya agar (hanya) mau mendengarkan ucapan seorang yang "terkenal" dibanding dengan yang lain. Padahal keterkenalan itu tidak dapat mnjadi jaminan apapun. Parahnya, dengan mudanya kita bisa meremehkan dan merendahkan orang lain saat membanding - bandingkan dengan orang yang kita anggap "populer". Inilah yang berbahaya.

Mungkin di luar sana, ada seseorang yang sedang khusyuk menjaga hatinya, istiqomah menjaga lisannya, berkomitmen menjaga tingkah lakunya yang tidak terpublish kepada khalayak. Siapa tau ternyata permata yang paling bersinar ada pada dirinya. Sayangnya kita tidak menyadari, karna sudah tertutupi dengan sesuatu yang berlabel populer.

Bukan menyalahkan atau menyudutkan orang yang mengemban amanah dengan menampakkan dirinya di muka publik. Tidak, tidak sama skali. Mereka juga pasti memiliki kapasitas yang mumpuni untuk tampil "memesona" di hadapan orang - orang dengan kemampuan manajemen diri yang baik. Yang menjadi koreksi disini adalah diri kita sendiri. Cara penyikapan, respon dan ekspresi kita yang kadang terkesan berlebihan.

Bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa
sallam bersabda:
“ Cintailah sesuatu itu dengan biasa-biasa saja
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu
yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja,
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu cintai.” ( HR. Bukhari , Abu
Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Abu
Hurairah ).


Dan karena sesungguhnya kita sudah memiliki manusia yang paling pantas untuk dijadikan sebagai sebaik - baiknya idola, sebaik - baiknya teladan.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

 Wallahu a'lam..

Jogja....  Oktober 2013


sumber gambar :www.motivasi-islami.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar