Kamu memang susah
dan memang tidak bisa mentolerir kesalahan. Sebab itu aku mengerti bahwa sulit
sekali kamu percaya dengan orang lain. Mengambil alih “pekerjaan – pekerjaan
fatal” sudah jelas menjadi hobi kamu, karena kamu terlalu khawatir, karena kamu
terlalu takut hasilnya tidak sesuai dengan apa yang telah kamu konsep-kan.
Merelakan diri mengampu fungsi lain kamu sepakati, karena kamu ingin memenuhi
standar kesempurnaan yang telah kamu buat.
Bisa saja di depan
orang lain atau orang yang melakukan kesalahan kamu akan berusaha menetralkan
wajah, mencoba biasa dengan gaya bicara yang santai untuk mengesankan bahwa
semuanya “baik – baiik” saja. Tapi ternyata, sandiwara kamu itu tidak pernah
bisa sempurna. Mata kamu berbicara, wajah kamu bercerita. Dan perlahan aku
mulai mengenali bagaimana itu, kamu.
Kamu yang bersibuk
diri dengan memikirkan bagaimana hari esok saat pekerjaan kamu harus
dipresentasikan. Hati kamu berisik dengan ketidaktenangan, jiwa kamu gaduh
dengan kegelisahan. Kamu mudah sekali mengomentari segala sesuatu yang tidak
bisa bersepakat dengan selera kamu. Kamu kejar, berusaha mencabut ganjalan yang
telah menyumbat ketenangan di hati kamu.
Kamu sulit percaya,
dan jatuhnya kamu takut dikecewakan. Imbasnya kamu tidak “berharap lebih”
atau “berharap banyak” pada orang lain.
Kamu menanggapinya dengan santai kadang berujung pada candaan. Sekedar itu.
Karena kamu takut dengan yang namanya kecewa setelah berharap lebih.
Kamu kerjakan
sendiri, lantas jika memang harus melepas kamu biarkan sesuatu dikerjakan orang
lain asal tidak sesuatu itu yng tidak “berbahaya” di mata kamu.
Baiklah, aku cukup
mengerti. Aku tau, saat ini kamu sedang kecewa. Kamu sedang melepas
kepercayaanmu pada orang lain karena kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri.
Kamu bilang itu
karena karakter golongan darah A, golongan darah kamu.
Hei, aku juga A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar