CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 11 Februari 2014

Memang Kamu

Kamu memang susah dan memang tidak bisa mentolerir kesalahan. Sebab itu aku mengerti bahwa sulit sekali kamu percaya dengan orang lain. Mengambil alih “pekerjaan – pekerjaan fatal” sudah jelas menjadi hobi kamu, karena kamu terlalu khawatir, karena kamu terlalu takut hasilnya tidak sesuai dengan apa yang telah kamu konsep-kan. Merelakan diri mengampu fungsi lain kamu sepakati, karena kamu ingin memenuhi standar kesempurnaan yang telah kamu buat.

Bisa saja di depan orang lain atau orang yang melakukan kesalahan kamu akan berusaha menetralkan wajah, mencoba biasa dengan gaya bicara yang santai untuk mengesankan bahwa semuanya “baik – baiik” saja. Tapi ternyata, sandiwara kamu itu tidak pernah bisa sempurna. Mata kamu berbicara, wajah kamu bercerita. Dan perlahan aku mulai mengenali bagaimana itu, kamu.
Kamu yang bersibuk diri dengan memikirkan bagaimana hari esok saat pekerjaan kamu harus dipresentasikan. Hati kamu berisik dengan ketidaktenangan, jiwa kamu gaduh dengan kegelisahan. Kamu mudah sekali mengomentari segala sesuatu yang tidak bisa bersepakat dengan selera kamu. Kamu kejar, berusaha mencabut ganjalan yang telah menyumbat ketenangan di hati kamu.

Kamu sulit percaya, dan jatuhnya kamu takut dikecewakan. Imbasnya kamu tidak “berharap lebih” atau  “berharap banyak” pada orang lain. Kamu menanggapinya dengan santai kadang berujung pada candaan. Sekedar itu. Karena kamu takut dengan yang namanya kecewa setelah berharap lebih.
Kamu kerjakan sendiri, lantas jika memang harus melepas kamu biarkan sesuatu dikerjakan orang lain asal tidak sesuatu itu yng tidak “berbahaya” di mata kamu.

Baiklah, aku cukup mengerti. Aku tau, saat ini kamu sedang kecewa. Kamu sedang melepas kepercayaanmu pada orang lain karena kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri.

Kamu bilang itu karena karakter golongan darah A, golongan darah kamu.

Hei, aku juga A. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar